Kita tahu bahwa setiap orang yang memiliki potensi khusus itu bisa menjadi modal awal dan cukup untuk menjadi seorang pemimpin. Akan tetapi guna menjadi pemimpin terbaik diperlukan sekali modal lainnya. Apakah itu?
Setiap orang apabila ingin menjadi pemimpin terbaik harus memiliki kejelian melihat dan mengasah potensi diri setiap bawahannya. Setiap pemimpin harus memiliki keyakinan bahwa masing-masing anggota atau anak buahnya memiliki potensi diri dan kekhususan.
Dengan ketajaman dan kejelian, seorang pemimpin senantiasa mampu menempatkan anak buahnya pada posisi yang tepat, sesuai dengan kompetensinya. Apabila hal ini terjadi pada sebuah lembaga atau komunitas maka di sana akan nampak progresif.
Kejelian Rasulullah Saw Menilai Salman Alfarisi
Saat terjadi perang Khandaq, Rasulullah menunjukkan kejeliannya, beliau melihat potensi yang dimiliki sahabatnya; Salman Alfarisi. Perang Khandaq atau Perang Ahzab ini juga dikenal dengan perang pengepungan. Di sinilah awal strategi pembuatan parit yang diinisiasi oleh Salman Alfarisi. Tujuan dari Salman sang ahli berkuda membuat parit adalah agar bisa menghindari serbuan langsung dari pasukan Quraisy dan Bani Nadir. Dengan strategi ini Rasulullah bersama pasukannya memenangkan peperangan yang terjadi pada bulan Syawal tahun 5 Hijriah atau pada tahun 627 Masehi (27 hari).
Pemimpin Harus Jeli!
Demikian sekilas ilustrasi tentang perlunya kejelian dari seorang pemimpin terhadap bawahan atau anak buahnya. Ketahuilah setiap bawahan memiliki keunikan dan ciri khusus. Potensi serta kemampuannya juga sudah barang tentu berbeda-beda. Maka, di sinilah seorang pemimpin dituntut mampu menajamkan penglihatannya guna menyaring potensi anak buah sehingga bisa tersalurkan dan terangkat secara maksimal. Intinya Pemimpin Harus Jeli!
Hal tersebut di atas tentunya akan sangat bermanfaat bagi kepentingan komunitas, lembaga atau institusi sehingga bisa maju dengan mulus.