-->

10 Januari 2014

30 Sahabat Penghuni Syurga (4)

Bismillah ...
Inilah petikan artikel dengan judul, 30 Sahabat Penghuni Syurga (4) yang merupakan salah satu artikel yang terkumpul di Materi Tarbiyah nama akun di Facebook.

30 Sahabat Penghuni Syurga (4)

ALI BIN ABI THALIB RADHIALLAHU’ANHU

“Kabarkan kepadanya dan berilah kabar gembira dengan surga”, Hadits Rasulullah SAW”

Ali bin Abi Thalib tidak pernah menyembah berhala dalam hidupnya. Tempat sujudnya yang pertama baginya adalah di hadapan Allah SWT, Tuhan semesta alam. Karena itu dia dinamakan Karramaalluwajhah.

Dia memeluk agama islam dalam usia yang masih sangat dini, yaitu ketika usianya sepuluh tahun. Dia adalah orang yang pertama masuk islam dari golongan anak-anak. Karena itu sering dikatakan, “Dialah orang yang sebenarnya masuk islam pertama kali setelah Nabi SAW.

Setelah memeluk agama islam, dia sangat rajin mempelajari islam dari Rasulullah SAW. dia dididik langsung dalam lingkungan keluarga Nabi SAW. Ujian pertama yang dialami Ali bin Abi Thalib adalah malam Hijrah. ketika dia diminta untuk mengorbankan jiwa dan tubuhnya untuk Rasulullah SAW.

Dia diminta untuk tidur di tempat tidur Rasulullah Saw dan diminta untuk mengenakan baju Rasulullah. Dan sebagai Pahlawan kecil, Ali merasakan keimanan dan keyakinan yang sangat kuat, sehingga seakan-akan dia ingin mengatakan: “Aku berkorban untukmu demi Ayah dan Ibuku, bahkan aku korbankan diriku untukmu wahai Rasulullah SAW”.

Sepertinya untaian pena tidak akan mampu untuk menulis seluruh cerita kepahlawanan, patriotisme dan keberanian Ali bin Abi Thalib yang sangat banyak. Sebagai contoh. Ketika terjadi perang Badar yang sangat dahsyat. Tiga orang tentara kaum musyrik yaitu ‘Atabah bin Rabi’ah, Syaibah, saudara laki-lakinya dan Walid anak laki-lakinya yang siap bertanding.

Ketika mereka telah berada ditengah garis pertempuran, mereka berseru untuk mengadakan duel. Maka keluarlah tiga orang utusan kaum Anshar, yaitu ‘Auf bin al Harits, Mu’awwiz bin al Hârits –dua nama itu adalah anak dari ‘Afrâ’- dan Abdullah bin Rawâhah RA.

Kemudian utusan dari kaum musyrik berkata: “Siapakah kalian?”. Mereka menjawab: “Kami adalah utusan dari kaum Anshar”. Lalu mereka berkata lagi: “Kami tidak punya urusan dengan kalian”. Kemudian seseorang dari mereka berteriak lantang: “Wahai Muhammad, keluarkan tandingan yang sebanding untuk melawan jawara-jawara kami!”.

Kemudian dikatakan: “Bangunlah wahai ‘Ubaidah bin bin al Harits, bangunlah Hamzah, dan bangunlah Ali!. Ketika ketiga orang itu mendekati utusan kaum musyrik, mereka ditanya: “Siapa kalian?”. Kemudian ‘Ubaidah berkata: “Aku adalah ‘Ubaidah”. Hamzah berkata: “Aku adalah Hamzah”. Dan Ali juga berkata: “aku adalah Ali”. Lalu mereka berkata: “Ini baru lawan-lawan yang sebanding”. Kemudian ‘Ubaidah –yang merupakan utusan tertua- bertanding melawan ‘Utbah. Hamzah bertanding melawan Syaibah, sementara Ali bertanding melawan Walid, anak ‘Utbah.

Ali bin Abi Thalib langsung membunuh Walid. Dan Hamzah juga bisa menaklukkan Syaibah saat itu juga. Sementara Ubaidah dan ‘Utbah masih bertanding satu dengan lainnya. Dan keduanya sama-sama terkena sebuah tusukan pedang. Maka Hamzah dan Ali bersama-sama menyerang ‘Utbah dengan pedang mereka, sehingga mereka berhasil membunuhnya. Setelah itu, mereka segera memapah ‘Ubaidahnya dan membawanya kepada teman-teman mereka ridhwanullah’alaihim.

Bin Abi Thalib mendapatkan penghargaan dan medali yang sangat tinggi. Saat itu Rasulullah Saw berkata: “Besok, aku akan mempercayakan sesorang yang mencintai Allah, dan Rasul-Nya dan yang dicintai Allah, dan Rasul-Nya untuk membawa bendera Islam. Semoga Allah memberi kemenangan”. Kemudian para sahabat tertidur sambil memikirkan siapa gerangan yang akan diberikan kehormatan itu. Keesokan harinya, mereka bergegas menuju Rasulullah SAW. Mereka semua berharap menjadi orang yang dipercaya untuk memegang bendera.

Kemudian Nabi SAW berkata: “Dimana Ali bin Abi Thalib?”. Para sahabat menjawab: “Dia sedang menderita sakit mata Wahai Rasulullah”. Kemudian Rasulullah berkata: “ pergilah dan bawalah dia kepadaku”. Dan ketika Ali datang, Rasulullah mengoleskan ludahnya dikedua matanya, sambil berdo’a. Setelah itu penyakitnya seketika itu hilang, seakan-akan dia tidak pernah sakit sebelumnya. Setelah itu Nabi SAW memberinya bendera.

Lalu Ali berkata: “Wahai Rasulullah, Aku akan memerangi mereka hingga mereka beriman seperti kita”. Dan Rasulullah berkata: “Berjalanlah dengan berhati-hati, Sehingga engkau sampai di wilayah mereka, setelah itu serulah mereka untuk masuk islam. Dan beri-tahukan kepada mereka tentang hak yang harus mereka penuhi terhadap Allah. Demi Allah, Jika seorang laki-laki beriman kepada Allah karena seruanmu, maka itu akan lebih baik untukmu, dari pada seekor unta merah (kendaraan termahal saat itu-pent)” .

Ketika Ali mengambil bendera itu, dia segera pergi menuju wilayah peperangan. Kemudian dia berhadapan dengan seorang tentara Yahudi yang menyambutnya sambil menghunuskan pedangnya yang sangat berbahaya. Kemudian dia berkata: “seluruh penduduk di wilayah Khaibar telah mengetahui bahwa akulah Marhab. Aku memiliki senjata ksatria yang amat kejam dan telah teruji. Maka ketika perang berkobar, senjataku pun akan menghabisi musuh-musuhku”.

Kemudian Ali RA balik menantangnya dan berkata: “Akulah yang telah dinamakan Haidarah Yaitu singa sang raja hutan. Yang memiliki pandangan yang sangat tajam. Maka jika musuh memukulku dengan satu pukulan, aku akan membalasnya dengan seribu pukulan ”.
Kemudian Ali menghunuskan pedangnya ke arah yahudi tadi. Dan memenggal kepalanya hingga dia mati. Setelah itu, Khaibar bisa ditaklukkan .

Sayyidina Ali RA mengalami banyak peristiwa bersama Nabi SAW. Dia mengikuti seluruh peperangan kecuali perang Tabuk. Yaitu ketika Nabi SAW meminta Ali RA menjadi Pemimpin sementara di kota Madinah. Akan tetapi permintaan Nabi ini dirasakan sangat ganjil bagi Ali yang berjiwa patriotik. Kemudian Ali menanyakan apakah tugas ini karena Nabi menganggapnya lalai. Dan dia berkata: “Apakah engkau akan meninggalkanku bersama Anak-anak dan para Wanita?”.

Kemudian Nabi SAW menjawab dengan kalimat-kalimat yang tidak pernah terlintas dalam benak sang pejuang yang berani itu. Nabi bersabda: “Kalau saja ada seorang Nabi setelah aku, maka apakah engkau senang menempati posisi seperti posisi Nabi Harun di samping Nabi Musa? (Kalau Saja ada seorang Nabi setelah aku, maka mungkin engkau yang akan menggantikanku-pent) .

Alangkah tingginya penghargaan ini! ini adalah penghargaan yang tidak ada duanya!
Setelah Nabi SAW tiada, Ali memperoleh penghargaan rasa hormat dan rasa segan yang sangat besar dari ketiga Khalifah sebelumnya Radhiallahu’anhum. Dan ketika tampuk kepemimpinan beralih ke tangan Ali RA, beliau menerimanya di tengah kebencian dan fitnah.

Akan tetapi beliau menjalankan politik yang pernah dijalankan oleh khalifah Umar RA. Dia bersikap tegas seperti umar RA. sikap zuhud, waspada, adil, hati-hati, peka, dan menjalankan hukum yang dimiliki oleh Ali, seperti sifat-sifat yang dimiliki Khalifah Umar RA.
Dia adalah prototipe yang sangat mirip dengan sayyidina Umar RA. Kita bisa menyimaknya dalam beberapa riwayat di bawah ini.

Dari Imam Sya’bi RA dia berkata: “Ali bin Abi Thalib meminta baju perangnya yang diambil oleh seorang laki-laki nasrani . Kemudian dia mengadukan kasusnya kepada seorang hakim bernama Syuraih.

Kemudian Ali mendatangi hakim itu dan berkata: “Baju perang ini adalah milikku. Aku tidak menjualnya dan aku juga tidak memberikannya kepada seseorang”. Kemudian Hakim Syuraih berkata kepada laki-laki nasrani tadi: “Apa pendapatmu tentang apa yang baru saja dikatakan oleh Amîrulmu’minin?”.

Kemudian laki-laki Nasrani itu berkata: “Baju perang ini adalah milikku, dan Amîrulmu’minin telah berbohong tentang aku”. Kemudian Hakim Syuraih menoleh kepada Ali dan berkata: “Wahai Amîrulmu’minin, apakah engkau memiliki bukti?”.

Ali RA tertawa dan berkata: “Syuraih juga tertipu. Aku tidak memiliki bukti”. Kemudian dia bertanya lagi: “Apakah engkau memiliki saksi?”. Kemudian Ali berkata: “Anakkku Hasan saksinya”. Kemudian Hakim Syuraih berkata: “Dia tidak bisa bersaksi untukmu”. Lalu Ali berkata lagi: “Apakah engkau tidak pernah mendengar Umar RA meriwayatkan Rasulullah SAW berkata: “Hasan dan Husien adalah Pemimpin golongan anak-anak muda di syurga”.


Tetapi Hakim Syuraih berkata lagi: “Dia tetap tidak bisa menjadi saksi untukmu”. Kemudian Syuraih memutuskan bahwa baju perang itu adalah milik laki-laki Nasrani. Kemudian laki-laki Nasrani itu mengambilnya dan melangkah pergi. Tetapi kemudian dia membalikkan badan dan berkata, “Aku bersaksi bahwa ini adalah hukum para Nabi.

Amîrulmu’minin telah mengadukan perkaraku kepada seorang hakim. Dan Hakim itu telah memenangkan perkaraku (karena tidak ada saksi)! Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Hamba-Nya dan utusan-Nya . Dan demi Allah, baju perang ini adalah milikmu wahai Amîrulmu’minin. Ketika itu aku bergabung bersama para tentara. Dan engkau saat itu bertolak menuju Shiffin dan saat itulah aku mengambilnya dari atas ontamu yang berwarna hitam putih .

Kemudian Ali berkata: “Karena engkau telah masuk islam, maka ambillah baju perang itu untukmu!”. Kemudian laki-laki itu membawanya di atas kuda. Peristiwa lainnya adalah sebuah peristiwa yang menunjukkan keadilan yang sangat mulia. Ketika itu, Ja’dah bin Hubairah datang kepada Ali dan berkata: “Wahai Amîrulmu’minin, ada dua orang yang datang kepadamu, dan salah satunya sangat mencintaimu melebihi rasa cintanya kepada keluarganya dan hartanya. Sementara seorang lagi, kalau saja dia bisa menyembelihmu, maka dia akan menyembelihmu.

Maka bila terrjadi suatu perkara, apakah engkau akan mebela laki-laki yang pertama dan membiarkan laki-laki yang kedua?”. Dan dia (Ja’dah)berkata: “Ali mengguncang-guncang tubuhnya dan berkata: “Sesungguhnya jika aku dihadapkan pada hal yang demikian, aku akan melakukannya. Akan tetapi segala sesuatu itu diputuskan untuk Allah”.

Setelah menjadi Khlaifah, Ali RA berkeliling di pasar seorang diri. Dia memberikan petunjuk bagi orang-orang yang sesat dan menolong orang-orang lemah. Dia melewati para pedagang dan pemilik toko, kemudian membuka kitab suci al Qur`an dan membacakan ayat berikut:

“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi” (QS. al Qashashas: 83). 

Kemudian dia berkata: “Ayat ini diturunkan untuk para pemimpin yang berbuat adil dan rendah hati. Ayat ini juga diturunkan intuk seluruh manusia yang bisa berbuat adil dan rendah diri .
Sayyidina Ali adalah orang yang selalu memberikan pertolongan apabila diminta.

Diriwayatkan bahwa seorang laki-laki menyampaikan sebuah cerita kepada Ali RA. Kemudian dia berkata: “Saya kira ceritamu adalah bohong”. Dan laki-laki itu berkata: “Aku tidak berbohong”. Kemudian Ali berkata: “Aku akan berdo’a semoga sesuatu yang buruk menimpamu jika kamu bohong”. Dan laki-laki itu berkata: “Kalau begitu berdo’alah!”.

Kemudian Ali RA berdo’a. Dan setelah itu laki-laki itu menjadi buta. Abu Makin berkata: “Aku dan pamanku Abu Umayyah lewat di depan sebuah rumah dalam perkampungan murad. Kemudian pamanku berkata: “Apakah engkau melihat rumah ini?”. aku menjawab: “ya”. Setelah itu dia berkta lagi: “Ketika mereka membangun rumah itu, Ali lewat didepannya. Kemudian sebuah batu terjatuh dan menimpanya.

Kemudian dia berdo’a kepada Allah agar bangunan tersebut tidak selesai”. Dan dia berkata lagi: “Setelah itu tidak ada satu batupun yang diletakkan disitu”. Dia melanjutkan ceritanya: “dan ketika aku lewat lagi, rumah ini juga belum selesai”.

Kemudian Abu basyir as-Syaibani berkata: “Aku menyaksikan perang jamal bersama tuanku (Ali). Dan saat itu lengan-lengan dan kaki musuh sangat tangguh. Setelah itu, setiap kali aku lewat di depan rumah walid, aku selalu teringat hari ketika terjadi perang jamal”.

Kemudian dia berkata lagi: “al Hakam bin ‘Utaibah berkata kepadaku: “Di hari perang jamal, Ali berdo’a kepada Allah dan berkata: “Ya Allah lumpuhkanlah kaki-kaki dan tangan-tangan mereka!”.

Ali RA juga sosok yang sangat zuhud, sehingga Umar bin Abdul aziz berkata: “Manusia yang paling zuhud adalah Ali bin Abi Thalib”.
Majma’ bin Sulaiman at-Taimi berkata: “Ali keluar dengan membawa pedangnya menuju pasar.

Kemudian dia berkata: “Siapa yang ingin membeli pedangku ini?, jika saja aku memiliki uang sebanyak empat dirham yang bisa aku gunakan untuk membeli sebuah kain, maka aku tidak akan menjual pedangku ini”.

Seorang laki-laki pernah mengunjungai Ali. Dan beliau sedang berbaring di atas sebuah karpet, dan dia menggigil karena kedinginan. Kemudian laki-laki itu berkata: “Wahai amîrulmu’minin, sesungguhnya Allah memberimu dan keluargamu bagian dari harta (sadaqah dan zakat-pent) ini. lalu mengapa engkau sampai kedinginan seperti ini?.

Kemudian Dia berkata: “Aku tidak ingin membuat kerugian pada harta kalian (sadaqah). Dan ini adalah karpet yang aku bawa dari rumahku .

Ali RA pernah mengendarai seekor keledai. Dan kedua kakinya terjuntai pada satu sisi. Kemudian dia berkata: “sesengguhnya aku melihat dunia dengan pandangan yang sangat rendah” .

Kemudian seorang budak dari Abi Ghishshin berkata: “Aku melihat Ali keluar. Dan seorang laki-laki pedagang kain tebal meghampirinya dan dia berkata kepadanya: “Apakah engkau telah memiliki sepotong baju gamis?”. Kemudian laki-laki mengeluarkan sepotong baju dan dia memakaikannya.

Akan tetapi baju itu hanya menutupi setengah betisnya. Kemudian dia menoleh ke kiri dan ke kanan. Dan Ali berkata: “Berapa harga yang pantas untuk baju ini menurutmu?”. Kemudian dia berkata: “aku rasa empat dirham cukup, wahai Amîrulmu’minin”. Umar sepakat atas harga bajunya itu, dan dia mengeluarkan uang dari bungkusan yang dibawanya kemudian membayarnya. Setelah itu dia pergi .

Sungguh engkau benar-benar mulia Wahai Abalhasan (Ali)!
Setelah kehidupan yang dilaluinya dengan penuh perjuangan dan sikap-sikap yang mengagumkan, serta peristiwa-peristiwa yang luar biasa, Allah SWT menghadiahkan jalan Syahid bagi Sayyidina Ali, melalui tangan Ibnu Muljim (yang telah membunuhnya). Setelah itu Ali wafat untuk menemui Saudaranya Nabi Muhammad SAW di syurga, yang didalamnya terdapat buah-buahan yang sangat mudah untuk dipetik.

 Semoga Allah SWt memberikan kasih sayang-Nya kepada Ali. Pada dirinya terdapat tanda-tanda petunjuk, ketakwaan yang sangat mendalam, dan tempat bagi-orang-orang pintar untuk bertanya. Pada dirinya juga tampak tanda-tanda kebaikan, dan cahaya dan sinar dalam kegelapan yang menyelimuti seperti awan. Dia selalu berdo’a dihadapan ka`bah yang sangat mulia. Dan memahami pesan-pesan dalam suhuf-suhuf terdahulu. Dia juga sangat pandai dalam memberikan penafsiran dan pesan-pesan peringatan. kehidupannya terikat erat dengan petunjuk.

Dia meninggalkan sesuatu yang bisa menyakitkan orang lain. Dia menghindari perbuatan yang bisa mencelakkannya (maksiat). Dia adalah hamba terbaik di antara orang-orang yang bertakwa, dan seorang pemimpin bagi orang-orang yang mampu maupun orang-orang yang miskin.

Dia mendapat pahala yang paling utama ketika mengerjakan sa’i dan haji. Dia seorang yang sangat toleran tetapi sangat adil kepada siapapun. Dia adalah Imam yang memberikan khutbah kepada penduduk dunia setelah para Nabi dan Nabi terpilih –pemilik dua kiblat. Tidak ada yang bisa menandingimya!.

Dia telah menikahi wanita terbaik. Dan menjadi bapak bagi dua cucu nabi (Hasan dan Husein). Aku tidak pernah menemui sosok yang mengagumkan seperti beliau, dan dan engkaupun tidak akan lagi menjumpai sosok yang seperti itu hingga nanti.

 Semoga Allah melimpahkan kasih sayangnya kepada Aba at Turâb (julukan untuk orang yang sangat miskin) yang telah Allah berikan pahala bagi perjuangannya melawan musuh-musuh-Nya. Beliau memiliki khazanah keilmuan yang hampir mendekati Nabi SAW. dialah profil zuhud bagi umat. Dia tidak pernah membelanjakan harta yang Allah titipkan, untuk kepentingan pribadinya dan keluarganya. Dia selalu taat mengerjakan setiap perintah allah.

Dia mengetahui keagungan al-Qur’an dan mengamalkannya. Beliau berada di taman syurga, diantara orang-orang yang mulia. Tanda-tanda tersebut sangat nyata.
Salam sejahtera atasmu wahai Aba at turâb!

Salam sejahtera atasmu wahai bapak dari dua wewangian syurga (Hasan dan Husein).
Salam sejahtera atasmu wahai bapak dari Hasan dan Husien!
Salam sejahtera atasmu wahai Pemimpin yang memiliki ilmu yang sangat luas!
Salam sejahtera atasmu wahai Pemimpin orang-orang yang beriman!
Salam sejahtera atasmu wahai Khalifah yang keempat!
Wahai yang memiliki kekayaan syurga

Semoga Allah melimpahkan pahala yang sangat besar bagi pewaris syurga ini, yaitu sebesar pahala orang-orang yang mengerjakan perbuatan baik!

Materi Tarbiyah

Semoga apa yang disampaikan bjsa menjadi wejangan bagi kita semua.


---
Sumber: /notes/materi-tarbiyah/30-sahabat-penghuni-syurga-4/146556652028151
Next article Next Post
Previous article Previous Post

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *