Muhammad di Mata Abu Jahal (Amru ibnu Hisyam) dan Walid ibnu Mughirah - Inilah testimonial tentang nabi Muhammad dari tokoh musuh Islam dahulu ...
Muhammad di Mata Abu Jahal (Amru ibnu Hisyam) - Suatu hari, Miswar ibnu Makhzumah bertanya kepada Abu Jahal pamannya, tentang kesejatian Muhammad saw. Ia berujar,“Wahai pamanku ... Adakah engkau menuduh Muhammad sebagai pendusta sebelum atau sesudah ia berbicara?”
Abu Jahal menjawab, “Wahai putra saudara perempuanku. Demi Tuhan, Muhammad di mata kami, ia adalah pemuda yang digelari al Amiin (insan terpercaya). Kami tidak pernah sekalipun mendapati dirinya bertindak bohong.”
Miswar berkata, “Wahai paman, kenapa kau tidak mengikuti (agama)nya?”
Abu Jahal menjawab, “Wahai keponakanku, memang takdimungkiri bahwa kami kerap berselisih dengan bani Hasyim, tetapi, kami tetap saling berbagi makan dan minum, kami juga menjalin hubungan perniagaan. Andai kami bergerak bersama-sama dalam satuan pasukan berkuda, niscaya kami semua adalah satria-satria yang paling gagah perkasa.”
Suatu ketika, saat perang Badar, Akhnash ibnu Syuraif berkata kepada Abu Jahal, “Wahai Abu Hakam ... Beritakan kepadaku tentang Muhammad. Adakah ia manusia yang jujur ataukah pendusta? Katakan sejujurnya, bukankah di tempat kita saat ini tidak ada seorangpun selain dirimu dan diriku. Dan tiada seorangpun yang mendengar?”
Abu Jahal berkata, “Celakah engkau. Demi Tuhan, Muhammad adalah manusia yang jujur. Muhammad tidak pernah sekalipun berdusta....”
Sejak itu, orang-orang Quraisy ramai membicarakannya dan melaporkannya kepada Abu Jahal. Mereka menyebut bahwa Walid telah keluar dari agamanya, dan pasti akan diikuti oleh orang-orang Quraisy lainnya. Setelah mendengar penjelasan mereka, Abu jahal berjanji kepada mereka, “Aku akan membereskannya.”
Abu Jahal kemudian mendatangi Walid dan duduk di sampingnya dengan perasaan penuh kecemasan. Walid berkata, “Mengapa engkau bersikap kayak orang ketakutan seperti itu, wahai anak saudaraku?. Abu Jahal menjawab. Bagaimana saya tidak ketakutan wahai paman, orang-orang Quraisy pada mengumpulkan harta benda mereka untuk diberikan kepadamu, karena engkau telah mendatangi Muhammad.”
Mendengar hal itu, Walid merasa terhina dan marah. Ia berkata, “Bukankah mereka tahu bahwa aku memiliki harta dan anak-anak lebih banyak dibandingkan mereka semua?. Abu Jahal menjawab, “Jika demikian, sudilah kiranya paman mengatakan tentang Muhammad serta tunjukkan bukti bahwa engkau sebenarnya mengingkari dan membencinya? Sampaikanlah sikap itu dihadapan kaummu ... Wahai paman!.”
Walid bersama Abu Jahal kemudian mendatangi tempat orang-orang Quraisy berkumpul. Sesampai dihadapan mereka, Walid berkata, “Wahai kaumku, kalian mengatakan bahwa Muhammad itu gila. Apakah kalian pernah melihat Muhammad berbicara sendiri?”
Mereka menjawab,“Tidak, demi Tuhan!” Walid melanjutkan, “Kalian mengatakan bahwa Muhammad itu adalah dukun (kahin). Apakah kalian pernah melihat Muhammad melakukan praktek perdukunan?” Mereka pun menjawab, “Tidak pernah!”
Walid bertanya lagi, “Kalian mengatakan bahwa yang dikatakan Muhammad itu adalah syair (puisi). Apakah kalian pernah melihat Muhammad membuat syair?”
Mereka menjawab, “Tidak!”
Walid melanjutkan pertanyaannya, “Kalian mengatakan bahwa Muhammad itu pendusta? Apakah kalian pernah mengetahui Muhammad berdusta?”
Mereka menjawab, “Demi Tuhan, ia tidak pernah sekalipun berdusta!”
Mereka balik bertanya kepada Walid, “Kalau demikian adanya, lantas, apa sejatinya yang diucapkan oleh Muhammad?”
Walid terdiam dan kebingungan. Ia minta untuk diberikan kesempatan untuk berfikir dan menyendiri. Beberapa saat kemudian, Walid ibnu Mughirah kembali dan mengatakan dihadapan kaumnya, “Itu semua tidak lain adalah sihir yang dipelajari dari orang-orang dahulu!”. Maka turunlah ayat alquran, yang berbunyi, “Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian”.(Qs al Mudatsir 74 : 11)
Muhammad di Mata Abu Jahal (Amru ibnu Hisyam) - Suatu hari, Miswar ibnu Makhzumah bertanya kepada Abu Jahal pamannya, tentang kesejatian Muhammad saw. Ia berujar,“Wahai pamanku ... Adakah engkau menuduh Muhammad sebagai pendusta sebelum atau sesudah ia berbicara?”
Abu Jahal menjawab, “Wahai putra saudara perempuanku. Demi Tuhan, Muhammad di mata kami, ia adalah pemuda yang digelari al Amiin (insan terpercaya). Kami tidak pernah sekalipun mendapati dirinya bertindak bohong.”
Miswar berkata, “Wahai paman, kenapa kau tidak mengikuti (agama)nya?”
Abu Jahal menjawab, “Wahai keponakanku, memang takdimungkiri bahwa kami kerap berselisih dengan bani Hasyim, tetapi, kami tetap saling berbagi makan dan minum, kami juga menjalin hubungan perniagaan. Andai kami bergerak bersama-sama dalam satuan pasukan berkuda, niscaya kami semua adalah satria-satria yang paling gagah perkasa.”
Suatu ketika, saat perang Badar, Akhnash ibnu Syuraif berkata kepada Abu Jahal, “Wahai Abu Hakam ... Beritakan kepadaku tentang Muhammad. Adakah ia manusia yang jujur ataukah pendusta? Katakan sejujurnya, bukankah di tempat kita saat ini tidak ada seorangpun selain dirimu dan diriku. Dan tiada seorangpun yang mendengar?”
Abu Jahal berkata, “Celakah engkau. Demi Tuhan, Muhammad adalah manusia yang jujur. Muhammad tidak pernah sekalipun berdusta....”
Muhammad di Mata Walid ibnu Mughirah
Ibnu Abbas meriwatkan, ia menuturkan, “Bahwasanya Walid ibnu Mughirah, datang ke tempat tinggal Rasulullah saw. Saat itu rasul tengah melaksanakan shalat dan membaca al Qur'an. Maka Walid mendengarkan dengan seksama kalimat demi kalimat ayat Alquran yang beliau baca. Ketika Walid ibnu Mughirah kembali ke kaumnya, ia berujar, “Demi Tuhan, aku baru saja mendengarkan perkataan-perkataan Muhammad. Menurutku, itu bukan perkataan manusia biasa dan juga bukan dari Jin. Demi Allah, sungguh perkataannya sangat manis, susunan katanya sangat indah, buahnya sangat lebat dan akarnya sangat subur. Sungguh perkataannya sangat agung dan tidak ada yang mampu menandingi keagungannya.”Sejak itu, orang-orang Quraisy ramai membicarakannya dan melaporkannya kepada Abu Jahal. Mereka menyebut bahwa Walid telah keluar dari agamanya, dan pasti akan diikuti oleh orang-orang Quraisy lainnya. Setelah mendengar penjelasan mereka, Abu jahal berjanji kepada mereka, “Aku akan membereskannya.”
Abu Jahal kemudian mendatangi Walid dan duduk di sampingnya dengan perasaan penuh kecemasan. Walid berkata, “Mengapa engkau bersikap kayak orang ketakutan seperti itu, wahai anak saudaraku?. Abu Jahal menjawab. Bagaimana saya tidak ketakutan wahai paman, orang-orang Quraisy pada mengumpulkan harta benda mereka untuk diberikan kepadamu, karena engkau telah mendatangi Muhammad.”
Mendengar hal itu, Walid merasa terhina dan marah. Ia berkata, “Bukankah mereka tahu bahwa aku memiliki harta dan anak-anak lebih banyak dibandingkan mereka semua?. Abu Jahal menjawab, “Jika demikian, sudilah kiranya paman mengatakan tentang Muhammad serta tunjukkan bukti bahwa engkau sebenarnya mengingkari dan membencinya? Sampaikanlah sikap itu dihadapan kaummu ... Wahai paman!.”
Walid bersama Abu Jahal kemudian mendatangi tempat orang-orang Quraisy berkumpul. Sesampai dihadapan mereka, Walid berkata, “Wahai kaumku, kalian mengatakan bahwa Muhammad itu gila. Apakah kalian pernah melihat Muhammad berbicara sendiri?”
Mereka menjawab,“Tidak, demi Tuhan!” Walid melanjutkan, “Kalian mengatakan bahwa Muhammad itu adalah dukun (kahin). Apakah kalian pernah melihat Muhammad melakukan praktek perdukunan?” Mereka pun menjawab, “Tidak pernah!”
Walid bertanya lagi, “Kalian mengatakan bahwa yang dikatakan Muhammad itu adalah syair (puisi). Apakah kalian pernah melihat Muhammad membuat syair?”
Mereka menjawab, “Tidak!”
Walid melanjutkan pertanyaannya, “Kalian mengatakan bahwa Muhammad itu pendusta? Apakah kalian pernah mengetahui Muhammad berdusta?”
Mereka menjawab, “Demi Tuhan, ia tidak pernah sekalipun berdusta!”
Mereka balik bertanya kepada Walid, “Kalau demikian adanya, lantas, apa sejatinya yang diucapkan oleh Muhammad?”
Walid terdiam dan kebingungan. Ia minta untuk diberikan kesempatan untuk berfikir dan menyendiri. Beberapa saat kemudian, Walid ibnu Mughirah kembali dan mengatakan dihadapan kaumnya, “Itu semua tidak lain adalah sihir yang dipelajari dari orang-orang dahulu!”. Maka turunlah ayat alquran, yang berbunyi, “Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian”.(Qs al Mudatsir 74 : 11)
This post have 0 komentar
Bagi yang berminat, silakan berkomentar — Terima Kasih :)
EmoticonEmoticon